- terapi latian di air bagi penderita stroke -
Terapi latihan di air bagi penderita stroke dilakukan dengan jangka waktu 6-8 minggu, dengan durasi 2 kali seminggu, sekali terapi waktunya 1 jam. Pada penderita stroke, waktu pemulihan tergantung berat-ringan dan jenis strokenya.. Selama melakukan terapi latihan di air, seorang penderita stroke idealnya dibantu oleh empat orang pelatih. Proses penyembuhan dalam air merangsang saraf sensorik dan merangsang sel-sel otak. Anggota tubuh di dalam air akan lebih mudah digerakkan dan dilatih kelenturan-nya Terapi latihan dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan penderita stroke.
Gambar
1. Terapi latihan di air menggerakkan tungkai
bagi penderita stroke
Penderita stroke , menurut Dr.Peni, akan lebih mudah berjalan di dalam air dari pada di darat karena pengaruh gaya apung air membuat tubuh lebih ringan. Jika berjalan di darat , tubuh manusia lebih berat karena mengalami daya tarik bumi , itu sebabnya penderita stroke yang mengalami kelumpuhan cenderung sulit berjalan jika di darat. Selain itu, ketika masuk
dalam kolam air sebatas pusar, berat tubuh tinggal 50 persennya. Apabila kita
berendam dalam kolam air setinggi dada, berat tubuh akan berkurang sekitar 70
persen. Karena itu, latihan
yang sulit dilakukan di darat dapat dilakukan di dalam air (http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x).
Selama melakukan terapi latihan di air, seorang
penderita stroke idealnya dibantu oleh empat orang pelatih, tiga orang berada
di dalam kolam renang, sedangkan satu orang berada di luar kolam untuk memantau
setiap keadaan yang dialami penderita stroke. Pelatih yang di luar kolam
bertugas mengawasi keadaan yang ada di dalam kolam. Hal ini dilakukan apabila terjadi
sesuatu, misalnya keadaan darurat, bisa segera diambil tindakan yang cepat.
Gambar 2. Terapi latihan di air dengan alat bantu
pelampung
bagi penderita stroke
Penderita stroke
yang baru pertama kali berlatih berjalan diterapi di kolam dengan kedalaman 90
cm. Penanganan satu kasus dengan kasus lainnya berbeda-beda. Untuk itu,
terlebih dahulu pasien harus berkonsultasi dengan dokter rehabilitasi medik.
Selanjutnya, program-program latihan baru diberikan. Program terapi latihan tersebut adalah sebagai berikut: terapi latihan dilakukan dengan jangka waktu 6-8 minggu, dengan durasi 2 kali seminggu, sekali terapi waktunya 1 jam. Pada penderita stroke, waktu pemulihan tergantung berat-ringan dan jenis strokenya, apakah akibat perdarahan atau penyumbatan. Gerakan yang dilakukan pada penderita stroke adalah secara rileks, sesuai kemampuan, dan bertahap. Selain jenis penyakitnya, pemulihan stroke juga bergantung dari motivasi pasien sendiri. Dalam setiap satu sesi terapi, instruktur selalu mengajak penderita stroke melakukan evaluasi program. Begitu seterusnya sampai program yang ditentukan berakhir. Kunci keberhasilan penyembuhan ada pada semangat dan kedisiplinan pasien, terutama dalam hal berlatih. Pada praktiknya, di setiap sesi terapi latihan di dalam air pasien mendapatkan sistem one-on-one, artinya satu terapis untuk satu penderita stroke.
Selanjutnya, program-program latihan baru diberikan. Program terapi latihan tersebut adalah sebagai berikut: terapi latihan dilakukan dengan jangka waktu 6-8 minggu, dengan durasi 2 kali seminggu, sekali terapi waktunya 1 jam. Pada penderita stroke, waktu pemulihan tergantung berat-ringan dan jenis strokenya, apakah akibat perdarahan atau penyumbatan. Gerakan yang dilakukan pada penderita stroke adalah secara rileks, sesuai kemampuan, dan bertahap. Selain jenis penyakitnya, pemulihan stroke juga bergantung dari motivasi pasien sendiri. Dalam setiap satu sesi terapi, instruktur selalu mengajak penderita stroke melakukan evaluasi program. Begitu seterusnya sampai program yang ditentukan berakhir. Kunci keberhasilan penyembuhan ada pada semangat dan kedisiplinan pasien, terutama dalam hal berlatih. Pada praktiknya, di setiap sesi terapi latihan di dalam air pasien mendapatkan sistem one-on-one, artinya satu terapis untuk satu penderita stroke.
Menurut
Suharto yang sebagai dokter spesialis olahraga, renang merupakan salah
satu terapi air {hydrotherapy), bagian
dari proses penyembuhan saraf yang terganggu atau bahkan rusak, seperti
penderita stroke. Proses penyembuhan dalam air merangsang saraf sensorik, lalu merangsang
sel-sel otak. Di dalam air, tekanan tubuh menjadi lebih ringan sehingga bisa
menguatkan ketahanan otot. Anggota tubuh di dalam air akan lebih mudah
digerakkan dan dilatih kelenturan-nya untuk menguatkan otot-otot dan
sendi-sendi tubuh karena hilangnya gravitasi tubuh. Seorang penderita stroke
ketika di air, yang sebelumnya tidak bisa berdiri, maka akan lebih mudah
berdiri dan berlatih gerak yang lain. Terapi latihan bisa dilakukan secara
bertahap sesuai dengan kemampuan pasien. Melatih tangan dulu sebagian, baru
kemudian seluruhnya, begitu juga dengan kaki (http://bataviase.co.id/node/51123?page=10).
Terapi latihan di
air seperti renang banyak manfaat yang di dapat. Beberapa manfaat tersebut
adalah ketersediaan oksigen dalam tubuh menjadi lebih baik sehingga
meningkatkan daya kerja otot dan oksigenasi otak. Renang juga memperlancar
sirkulasi darah dan meningkatkan penyerapan oksigen ke dalam jaringan
saraf,mengurangi kekakuan otot, membuat jaringan sendi jadi lebih lentur,
menurunkan rasa nyeri, memberikan efek relaksasi, dan meningkatkan kemampuan
gerak anggota tubuh. Namun, terapi ini biasanya dilakukan sebagai
"alat" bantu. Obat-obatan tetap dibutuhkan untuk mengurangi rasa
sakit. Untuk waktu pemulihan bergantung pada kondisi penderita stroke. Setiap
orang memerlukan waktu yang berbeda.
Menurut Neil F. G
(2002: 11) dalam beberapa jam sampai beberapa bulan setelah stroke, banyak
penderita stroke secara bertahap mengalami perbaikan sebagian atau menyeluruh
dari kelainan syaraf, misalnya kelulumpuhan, hilang rasa, dan kekacauan mental.
Tujuan terapi latihan di air adalah membantu mempercepat pemulihan. Badan
adalah bagian yang paling peka di dalam menerima pengaruh terapi latihan
setelah 6 bulan pertama terjadi stroke, sehingga apabila ada usaha yang
terkonsentrasi untukmemperbaiki syaraf yang kurang berfungsi maka cacat akan
terhindarkan.
Sumber : Yudik Prasetyo (Dosen Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi
FIK UNY)